Rabu, 04 Januari 2012

Filsafat: Bukan Induk Segala Pengetahuan

Filsafat: Bukan Induk Segala Pengetahuan

Oleh Zainurrahman

Filsafat, sedari dulu hingga sekarang dipandang sebagai induk segala ilmu pengetahuan. Pertama kali orang berpikir secara positif dan kritis dengan melibatkan diri dengan berbagai persoalan pelik seputar kehidupan manusia dan alam sekitar, yaitu para filosof, dari Sokrates hingga Richard Rorty. Berbicara mengenai Filsafat sesungguhnya berbicara mengenai “seni berpikir”; oleh karena itu tidak semua berpikir disebut berfilsafat.

Ciri khas berpikir filosofis kurang lebih sistematis, komprehensif dan radikal. Orang berfilsafat karena banyak alasan, tetapi alasan utama adalah mencari jawaban atas persoalan. Akan tetapi, para filosof mutakhirin lebih menekankan proses bertanya ketimbang keberadaan jawaban, karena jawaban akan menghentikan proses berfilsafat itu sendiri.

Pikiran manusia, sebagai alat berfilsafat, mengalami perkembangan yang tidak pernah berhenti pada suatu titik. Pikiran senantiasa meluas, bertengger pada suatu problema ke problema yang lain, begitu seterusnya, terkecuali saat seseorang itu sedang tertidur. Akan tetapi, apakah filsafat merupakan induk segala pengetahuan yang selama ini orang yakini? Apakah karena untuk mengetahui sesuatu orang harus berpikir, sehingga filsafatlah yang mendahului ilmu-ilmu lain? Saya pikir ini keliru!

Penting untuk digarisbawahi, bahwa untuk berpikir, orang membutuhkan bahasa. Bahasa merupakan ilmu yang mengarahkan pikiran, silahkan anda mengatakan bahwa bahasa itu instrumen, tetapi anda keliru. Karena dengan menempatkan bahasa sebagai instrumen, anda telah memenjara bahasa itu sendiri.

Realitas tidak akan pernah dikenal jika tidak ada bahasa, dengan kata lain “Segala realitas akan bermakna jika realitas itu dapat dibahasakan”. Bahasa yang mendahului Filsafat. Ketika orang-orang zaman kuno berpikir bahwa bumi ini datar, Tuhan adalah pohon dan patung besar, sebelum Sokrates dikandungi ibunya, semua orang sudah berbahasa. Semua orang sudah berpengetahuan “bagaimana ide-ide mereka dikomunikasikan….” sehingga, BAHASA-lah yang merupakan ILMU AWAL yang mendahului segala-galanya.

Untuk berfilsafat para filosof membutuhkan bahasa. Untuk berpikir manusia membutuhkan bahasa, sebagai pengarah idenya (silahkan cari artikel dengan kata kunci Ideolinguistik). Tanpa bahasa, setiap manusia tidak dapat berpikir. Ide dan bahasa malah tidak pernah berpisah antara satu dengan yang lain.

Ilmu Bahasa (Linguistik) merupakan ilmu pertama yang ada dimuka bumi ini. Linguistik merupakan anugrah yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap insan. Setiap manusia bahkan memiliki alat yang Allah gunakan untuk berbahasa, dan bahasa inilah yang ditujukan sebagai pengarah pikiran (sebagai alat untuk berfilsafat).

Keyakinan bahwa Filsafat merupakan induk segala ilmu pengetahuan mungkin tidak dapat berubah semudah itu tanpa disosialisasikan dan dibuktikan, jika anda sepakat dengan pikiran saya, mungkin andalah yang akan mensosialisasikannya. Suatu bukti adalah bahwa tidak semua ilmu dapat dijelaskan dengan filsafat, tetapi bahasa senantiasa dibutuhkan untuk menjelaskan ilmu apapun.
Filsafat induknya ilmu pengetahuan
Ilmu Pengetahuan
Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari semua ilmu (mater scientiarum).  Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus.  Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat.
Meskipun pada perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus. Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan batas-batas yang tegas di antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatu padukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusian yang luas.
Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah (Siswomihardjo, 2003).
Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami spesialisasi.  Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral.   Contohnya filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu. Dalam konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami (Bakhtiar, 2005).
2. Definisi Ilmu Pengetahuan
Membicarakan masalah ilmu pengetahuan beserta definisinya ternyata tidak semudah dengan yang diperkirakan. Adanya berbagai definisi tentang ilmu pengetahuan ternyata belum dapat menolong untuk memahami hakikat ilmu pengetahuan itu. Sekarang orang lebih berkepentingan dengan mengadakan penggolongan (klasifikasi) sehingga garis demarkasi antara (cabang) ilmu yang satu dengan yang lainnya menjadi lebih diperhatikan.
Pengertian ilmu     yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu (Admojo, 1998). Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik, seperti metafisika.
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Bakhtiar tahun 2005 diantaranya  adalah :
  • Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
  • Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
  • Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
  • Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
  • Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika …. maka “.
  • Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu.  Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka (Supriyanto, 2003).
Pembuktian kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau rasional atau menggunakan logika deduktif. Premis dan proposisi sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme. Kelemahan logika deduktif ini sering pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai dengan fakta.
Secara lebih jelas ilmu seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu lidi. Sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa, di pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun dengan baik.
Karakteristik filsafat ilmu
Dari beberapa pendapat di atas dapat diidentifikasi karakteristik
filsafat ilmu sebagai berikut.
1) Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat.
2) Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis dari sudut
pandang ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
Objek filsafat ilmu
1) Objek material filsafat ilmu adalah ilmu
2) Objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis,
yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Manfaat Mempelajari filsafat ilmu
1) Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin
kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus
diharapkan untuk bersikap kritis terhadap berbagai macam teori
yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber
lainnya.
2) Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para
mahasiswa sebagai calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah
dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan mempelajari
filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh
mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut
sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian
ilmiah.
3) Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah
mahasiswa lulus dan bekerja mereka pasti berhadapan dengan
berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan
masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis
berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu
diterapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar